Ketika Aku Menjadi?
Namaku Rio, aku adalah remaja
labil yang bersekolah di lembah tidar, SMA Taruna Nusantara. Aku berasal dari
keluarga kecil yang penuh dengan cerita suka maupun duka, ya meskipun lebih
banyak dukanya sih.Ayahku seorang tentara sedangkan ibuku seorang pengusaha.
Kedua orang tuaku sangat bertolak
belakang. Ayahku, mendidikku dengan keras dan cenderung kasar, sangat
berbanding terbalik dengan ibuku. Dengan sentuhan halus dan penuh kasih sayang
membesarkanku. Ketika aku mulai beranjak dewasa, ayahku mulai mengenalkanku
dengan dunia kemiliteran, yang menurutku amat berat. Ibuku mulai mengenalkanku
dengan dunia bisnis, yang menurutkan amat rumit. Hal itu brjalan detik demi
detik, hari demi hari, dan tahun demi tahun, sampai pada akhirnya aku mengenal
SMA Taruna Nusantara.
Dengan semangat aku coba untuk
bisa bersekolah di sekolah ini. Dengan harapan, aku bisa menemukan sebuah
kebebasan untuk menemukan jalan demi masa depanku, tanpa mengecewakan keudua
orang tuaku yang mengenalkanku dengan dunia mereka masing-masing. Ternyata, di
sekolah ini aku bertemu dengan teman-teman dari pelosok negeri ini yang
nasibnya nyaris sama denganku. Sekolah ini mengenalkanku dengan kerasnya dunia
militer dan beratnya dunia usaha tapi dengan cara yang berbeda dari kedua orang
tuaku.
Hari pertama sekolah, kami
dipersilakan untuk memperkenalkan diri. Teman-temanku dengan bangga menyebutkan
cita-cita mereka dan alasan mereka. Sebagian dari mereka ingin menjadi Perwira
TNI/POLRI. Tapi tidak dengan diriku, dengan lirih aku menyebutkan cita-citaku
ingin menjadi Dokter. Tapi, muncul keraguan dalam hatiku ketika aku menyebutkan
hal itu. Keyakinanku untuk menjadi dokter muncul ketika menjalani PDK. Aku berpikir,
betapa keras dan menyakitkannya dunia militer.
Hari demi haripun berlalu. Sampai
pada saatnya aku naik kelas 11. Lagi-lagi aku dibingungkan dengan cita-citaku
lagi. Aku sadar aku tidak cukup tertarik dengan dunia kedokteran. Aku rasa
setelah kelas 11 ini kerasnya dunia militer tidak sekeras apa yang aku pikirkan
saat kelas 10. Terlintas dibenakku untuk menjadi Perwira TNI. Menurutku menjadi
seorang perwira TNI sangatlah meringankan beban orang tuaku. 4 tahun pendidikan
dengan uang saku yang menurutku sangatlah cukup, ketika lulus nanti aku akan
mendapatkan gaji yang menurutku lebih dari cukup untuk seorang remaja seumurku.
Untuk mewujudkan hal itu, hari demi hariaku jalani untuk mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan untuk memenuhi syarat sebagai perwira TNI.
Kelas 12-pun datang. Teman-temanku
mulai bingung kemana mereka akan melanjutkan studinya. Tapi tidak tidaka
denganku, aku sekarang lebih yakin untuk memantapkan hati dan melangkah pasti
untuk menjadi perwira TNI.
Di tengah kesibukanku saat kelas
12, hatiku berjanji KETIKA AKU MENJADI SEORANG PERWIRA TNI,............ BERSAMBUNG
MAHRUS (18)
FACHRU (17)
SYAMSUL (29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar